Powered By Blogger

Kamis, 20 Januari 2011

Perlu Cuci Usus


CUCI USUS, PERLU

Kalau Anda terbiasa menjejalkan bermacam-macam makanan "sampah" dan aneka zat kimia ke perut, usus bisa berkerak. Usus sekotor itu akan menghambat penyerapan zat gizi, sehingga mudah mengundang penyakit. Cuci usus atau urus-urus cara baru bisa menjadi alternatif untuk membersihkan alat cerna kita.

Seorang wanita berusia 44 tahun ,sebut saja Elisabeth, merasa kelebihan berat badan. Tinggi tubuhnya tak lebih dari 153 cm, tetapi bobotnya mencapai 64 kg. Tak mengherankan itu terjadi karena nafsu makan ibu tiga anak ini sulit dikendalikan. Meski merasa tidak percaya diri dengan kondisi itu, bila melihat bakso, pangsit, dan jajanan lain ia tetap saja tergiur.ketika mengetahui tentang teknik cuci usus yang ditawarkan sebuah klinik, ia langsung tertarik. Dokter mengatakan, colon hydritheraoy ini bisa membanti mengatasi masalahnya. Liz disarankan melakukanterapi itu du kali seminggu, sebanyak enam kali.

Usai pembersihan pertama, perutnya sudah terasa nyaman. Anhenya lagi, nafsu makannya tidak menggebu-gebu seperti dulu. Setelah dua kali pembersihan, berat badannya mulai turun sebanyak 4 kilogram.
Selain terapi cuci usus dengan air seni, ia juga mengatur pola makan. Konsumsi sayur dan buah diperbanyak, sementara lemak dihindari. Hasilnya, badan Liz kembali langsing dan penampilannya pun jadi tampak lebih muda, seperti saat remaja. Wah bahagianya!

Tradisi dokter Belanda Istilah colon hydrotherapy makin akrab di telinga kita akhir-akhir ini. Penggunaan teknik cuci usus ini tampaknya tambah marak. Di zaman penjajahan Belanda, menurut Prof. DR. Dr, Walujo Soerjodibroto, Sp.GK(K), MSc., para dokter dari negeri kincir angin sudah menjalankan terapi membersihkan usus rutin setiap tahunnya.
Mereka memakai brolak atau garam inggris untuk menguras ktooran dan racun yang mengendap di susu. Kaum awam pun akhirnya ikut memanfaatkannya. Selain brolaks, kini makin banyak bahan yang bisa dipakai untuk obat urus-urus (cuci usus). Kalau Anda berselancar di itnernet untuk mencari bahan pencuci usus, akan menjumpai beragam tawaran produk alami. Kebanyakan memang sudah dikemas dalam bentuk pil atau kapsul sebagai suplemen. Isinya tanaman yang bersifat laksatif (pencahar), misalnya lendir daun lidah buaya dan ekstrak biji pohon jarak.

Bahan lain yang telah dimanfaatkan adalah daun senna (Alezandrian senna atau Khartoum senna atau Cassia angustifolia Vahl, yang dikenal sebagai Tinnevelly senna. Daun ini mengandung tak kurang dari 2,5 persen hidroksiantrasena glikosida, dan bahan aktif utamanya antrakuinon glikosida. Bahan ini dijadikan obat pencuci perut karena zat aktifnya berefek mengurangi penyerapan cairan dan garam, menambah aktivitas peristaltik usus kecil dan usus besar, serta melunakkan tinja.

Bahan lain seperti ekstrak rizom dan akar dari Rheum officinale Baillon atau dari Rheum palmatum Linne (3-7,5%) yang juga digunakan sebagai obat pencuci perut dan memiliki efek utama seperti senna. Hasilnya tinja lunak dan kerja usus punjauh lebih enteng.

Usus sangat kotor
Menjamurnya program cuci usus dengan asupan ramuan herbal atau memasukkan cairan lewat anus, menurut Prof Walujo merupakan bentuk kesadaran bahwa perut orang sekarang tak lagi bersih dan sehat.

"Dari zaman batu sampai sekarang, menurut penelitian, struktur dan fungsi tubuh kecuali dalam hal ketegapan atau berkurangnya bulu-bulu tubuh," ungkap spesialis gizi dari Departemen Gizi Universitas Indonesia ini. Itu artinya, organ tubuh menusia sebetulnya tidka bermasalah. Yang menyebabkan masalah adalah bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam sistem pencernaan.
Pola makan orang di zaman modern jelas jauh berbeda dengan nenek moyang kita di zaman batu. Usus manusia didesain khusus untuk makanan jenis tumbuhan, bukang daging. Pada zaman berburu daging memang merupakan salah satu menu, tetapi tidak menjadi makanan pokok. "Itu makanan mewah karena tubuh seharian untuk menangkap seekor hewan. Cara pendapatkannya juga tidak mudah," ujar Prof Walujo.

Lagipula usus manusia cukup panjang. Kalau digelar, bisa seluas lapangan tenis. Berbeda dengan desain usus makhluk pemakan hewan yang pendek, sehingga bisa lebih cepat mencerna daging. Selain daging yang mungkin berlebihan porsinya, tambahan asupan yang dicerna usus manusia pada zaman ini beragam. "Boraks dan formalin juga masuk ke usus kita," katanya. Kelemahan menu modern adalah kurangnya bahan berserat, kurang hidrat arang sederhana dan olahan, dan yang jelas berlebihan lemak. Usus kita, menurut Prof. walujo sudah teracuni banyak zat. Itulah sebabnya cuci usus menjadi populer.

Ada batasannya Prof. Walujo yang pernah mencoba colon hydrotherapy merekomendasikan cara-cara cuci usus yang saat ini diberlakukan. Masyarakat perlu disadarkan bahwa ususnya penuh kerak yang mengganggu penyerapan zat gizi. Ia juga mengingatkan bahwa cuci usus punya batasan pemakaian.

Pembersihan usus dengan bahan ebrsifat laksan seperti garam inggris atau tanaman tidak boleh dilakukan terus-menerus. "Sekalipun berasal dari bahan alami, tidak boleh digunakan berulang kali dalam jangka waktu pendek," kata dokter yang juga berpraktik RS Tebet, Jakarta Selatan ini. Bahan-bahan pencuci perut ini sebaiknya digunakan dalam jangka waktu enam bulan sekali. Tekinik enema yang menggelontor usus dengan air lewat anus (colon hydrotherapy), juga haris mengikuti prosedur tertentu. Penggunaan terus-menerus jsutri bisa merusak usus. "Anak rambut pada usus yang disebut fili bisa hilang dan ini akan mengganggu kemampuan penyerapan usus terhadap zat-zat gizi," ungkapnya.


Penampang usus semakin kecil dan makanan yang masuk bisa jadi langsung keluar tanpa sempat diserap. Cara alami dengan mengasup sayur dan buah setiap hari sangat dianjurkan. teknik cuci usus ini sebaiknya terus dilakukan. Bila perlu, hindari zat yang menimbulkan racun seperti pewarna, pengawet, penguat rasa dan lemak hewani. Yang terpenting, tambah Prof Walujo. cuci usus hanya berlaku bagi mereka yang setiap hari mengasup makanan yang tidak aman bagi kesehatan. "Kalau pola makan dan gaya hidup sudah sehat, tidak perlu lagi cuci usus," ujarnya.

Mau model apa?
Ada beberapa metode cuci usus lagi, selain teknik enema. Contohnya dengan mengasuo garam inggris atau ramuan herbal yang bersifat pencahar. Teknik urus-urus atau cuci usus, dikatakan Prof.DR.Dr.Walujo Soerjodibroto, Sp.GK(K), MSc., mesti mengikuti aturan yang benar. Cukup dilakukan enam bulan sekali.
Alternatif lain yang bisa Anda pilih untuk menguras racun usus, yakni:
-       Minum banyak air putih, misalnya 1,5 liter sekaligus setiap pagi.
-       Menggunakan jus buah dan sayur sebagai menu utama. salah satunya mengonsumsi jus wortel selama tiga hari berturut-turut tanpa diimbangi pasokan nutrisi lain.
-       Mengombinasi pasokan air putih dengan jus buah dan sayur, seperti bayam. Bahan-bahan itu dicampur lalu diblender dan dikonsumsi tanpa asupan makanan lain selama beberapa hari. Jadwalnya selang-seling, hari ini minum jus, besok air putih, dan lusa jus lagi.

Namun model ini tidak direkomendasikan oleh Prof. Daldiyono.
Alasannya pasokan cairan, air putih atau jus, memang memaksa tubuh bekerja ekstra dalam memproduksi urin dan keringat yang diharapkan juga mengusung racun keliar, ia menilai metode ini malah menghilangkan mineral penting yang dibutuhkan tubuh karena zat itu akan lenyap bersama air seni dan keringat. "Anda akan keracunan air, istilahnya,"ungkapnya.
Sementara menurut Prof, Walujo terapi jus dan air ini hanya cocok bagi mereka yang berat badannya berlebihan. Bagi mereka tenaga cukup terpenuhi dari kelebihan lemak dalam tubuh. Namun, terapi itu pun tidak boleh dilakukan lebih dari empat hari. Makanan lain yang diatur sedemikian rupa tetap hars diasup.

Cuci usus yang paling mudah dan dijamin aman, menurut Prof walujo adalah mengonsumsi sayur dan buah dalam porsi banyak setiap hari, serta menghindari asupan makanan berlemak hewani. "Ya kalau makan setidaknya porsi sayuran segenggam besar tangan kita ini. Gado-gado bagus dikonsumsi, sayurnya cukup banyak, tetapi sambal kacangnya sedikit saja, Cara makannya seperti makan rujak. Sambal cukup dicocol," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar