Powered By Blogger

Kamis, 20 Januari 2011

Fungsi Vitamin C

FUNGSI & PERAN VIT C

Fungsi dan peran vitamin C bagi tubuh manusia sudah lama dikenal. Awalnya ketika pelaut yang akibat menempuh perjalanan kekurangan mengkonsumsi sayur dan buah kemudian menderita seriawan. Penyakit tersebut waktu itu disebut scorbut. Namun kini terungkap kalau kekurangan vitamin C bukan saja mendatangkan seriawan. Belakangan terbukti kalau ia berfungsi sebagai antioksidan juga.

APA itu antioksidan? Mengapa begitu penting sekarang? Tidakkah dapat digantikan dengan mengkonsumsi jeruk, misalnya? Berapa banyak tubuh membutuhkan vitamin C sehari?

Ya. Antioksidan itu zat yang berpotensi menangkal efek jelek radikal bebas (free radicals). Tubuh sendiri memproduksi radikal bebas sebagai sisa metabolisme. Agar tidak merusak tubuh, radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh harus diredam. Untuk itu tubuh juga memproduksi antioksidan. Radikal bebas yang berlebih dan tidak diredam berkomplot dengan faktor lain menimbulkan gangguan pada tubuh. Sebut saja tercetusnya kanker, pembentukan karat lemak (atherosclerosis), serta bentuk kerusakan tubuh lainnya.

Selain dibentuk oleh tubuh, radikal bebas juga datang dari luar tubuh dalam berbagai bentuk. Mungkin dari polusi udara, makanan, minuman, asap rokok, serta stres sendiri. Orang modern terpapar oleh radikal bebas dalam takaran yang lebih besar. Sebut saja oleh asap rokok, selain stres. Pada perokok, dan mereka yang dirundung stres, para pekerja berat, membutuhkan lebih banyak antioxidant untuk meredam radikal bebas yang berlebihan dipikul tubuh. Jika tidak, tubuh akan berisiko mengalami berbagai penyakit dan kerusakan yang akan ditimbulkannya.

Manakala produksi antioksidan buatan tubuh sudah tidak lagi memadai, tubuh perlu mendapatkannya dari luar. Untuk alasan itulah ekstra antioksidan diperlukan. Dari mana? Dari segala jenis bahan, baik yang berasal dari alam (kulit pohon tertentu, dedaunan, biji-bijian, umbi, dan akar tanaman berkhasiat), maupun yang sudah berupa vitamin. Vitamin C berpotensi sebagai salah satu vitamin yang berkhasiat sebagai antioksidan, selain betacarotene (pro-vitamin A), dan vitamin E.

Harus diakui kalau tubuh orang modern, manakala kini polusi sudah terjadi di mana-mana, hampir pada setiap aspek kehidupan sehari-hari, sehingga tubuh orang sekarang sudah kuyup oleh membanjirnya radikal bebas. Bisa jadi juga berasal dari obat-obatan, jamu, zat berkhasiat, atau zat yang bersifat "racun" dalam menu harian, seperti pengawet, pewarna, pemanis buatan, dan penyedap.

Radikal bebas juga bisa berasal dari peralatan elektronik, termasuk mesin fotokopi, telepon seluler, monitor komputer, dan radiasi baik dari peralatan diagnostik maupun sebagai terapi. Untuk maksud itulah tubuh perlu dibekali penangkal antioksidan agar tidak terganggu, atau menjadi sakit. Vitamin C bisa menjadi pilihannya.

Vitamin C banyak dalam bebuahan dan sayur-mayur. Namun dengan takaran dan porsi normal saja, kecukupan vitamin C tubuh belum tentu, atau boleh dibilang tidak mencukupi. Sehari kita perlu makan lebih sepuluh buah jeruk, misalnya, untuk menggantikan peran vitamin C. Terlebih pada orang yang beban meredam radikal bebasnya sudah sangat berlebihan. Maka praktisnya memang perlu menerima bantuan vitamin C, selain dari sumber antioksidan lainnya.

Melihat kondisi yang harus dipikul rata-rata orang sekarang yang memikul risiko terpapar lebih banyak radikal bebas, dosis kecukupan vitamin C sebagaimana yang dianjurkan medis, kini dinilai sudah tidak memadai lagi.

Awalnya dulu dicatat kalau kebutuhan vitamin C harian tubuh dianjurkan hanya 100 miligram saja. Kecukupan yang dianjurkan itu sudah jauh tidak mencukupi lagi sekarang. Sekarang sekurang-kurangnya harus mencapai seribu miligram sehari. Dan tentu, dosis sebesar itu tidak mungkin dalam praktiknya digantikan dengan cara mengkonsumsi sayur dan buah semata. Diperlukan porsi buah dan sayur yang sangat banyak untuk setara dengan dosis vitamin C setinggi itu. Maka kita memerlukan vitamin C dalam bentuk kimiawi.

Kehadiran vitamin C berkembang. Kini ada generasi vitamin C yang lebih mutakhir yang selain lebih poten, juga memiliki kelebihan lain dibanding vitamin C kovensional. Yakni vitamin C yang tidak bersifat masam. Dulu orang yang mengidap gangguan lambung akan terganggu jika harus mengkonsumsi vitamin C. Apalagi jika memerlukan dosis yang lebih tinggi. Namun dengan vitamin C generasi baru, sifat masamnya sudah tiada, dan potensinya puluhan kali lipat potensi vitamin C lama.

Kita menginsyafi kalau dalam kehidupan zaman modern sekarang ini ancaman dari luar yang berisiko merusak tubuh, termasuk mencetuskan kanker, begitu melimpah. Tidak mungkin ada cara untuk mengelak dari semua ancaman dari segala penjuru kehidupan.

Kita, misalnya, tak mungkin lagi memilah mana-mana radikal bebas dari menu, sayur dan buah, serta irama serta gaya hidup yang telanjur terpola tidak sehat. Maka satu-satunya pilihan hanya dengan membentengi tubuh dari serbuan radikal bebas dari luar itu dengan cara memproteksinya dengan lebih banyak memberinya antioksidan. Vitamin C salah satu pilihannya.


HAI KUMAN

Kulit memang tak steril. Selalu ada kuman yang “mampir” atau hidup menetap di kulit. Kuman yang mampir didapat dari lingkungan atau berasal dari orang lain tetapi relatif mudah dibersihkan. Sedangkan kuman yang hidup menetap adalah flora normal yang cenderung berkoloni. Nah, antiseptik topikal digunakan untuk membunuh, menghambat, dan mengurangi kuman-kuman ini.

Untuk cuci tangan
Untuk membersihkan kulit sebelum operasi untuk membersihkan lapisan lendir (mukosa) kulit. Misalnya untuk keperluan medik seperti membersihkan saluran kemih, rongga perut dan sebagainya.Mencegah dan mengobati luka. Banyak antiseptik dijual bebas untuk luka kecil, lecet, ataupun luka bakar mengobati infeksi tenggorokan dan mulut. Bisa dalam bentuk kumur ataupun tablet isap.Badan Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui beberapa zat yang selama ini diteliti berguna sebagai antiseptik seperti alkohol,iodin,triclosan,klorheksidin, heksaklorofen,kloroksifenol,peroksida,permanganat,dan banyak lagi.Inilah beberapa di antaranya.

Sabun biasa
Sebagai perbandingan, bagaimana penggunaan sabun biasa di banding antiseptik?Meskipun tidak mengandung antiseptik, sabun cukup berguna untuk cuci tangan karena dapat menghilangkan kuman yang mampir di kulit, tetapi tidak untuk yang berkoloni.Cuci tangan dengan sabun selama 30 detik cukup mematikan banyak kuman.Terjadi penurunan risiko radang paru-paru pada balita yang terbiasa cuci tangan, juga angka diare dan infeksi kulit pada anak yang lebih besar. Tetapi, penggunaannya kurang disarankan untuk petugas kesehatan karena sabun bisa terkontaminasi kuman dan diteliti malah menambah kuman di tangan petugas. Sabun juga dapat menimbulkan iritasi dan kekeringan kulit bila tidak ditambahkan pelembab.

Alkohol
Antiseptik berbahan alkohol banyak beredar dan sudah dikenal sejak tahun 1930-an. Biasanya dipakai sebagai disinfektan kulit. Alkohol yang dipakai berbentuk ethanol (60-95%) dan isopropyl alkohol (50-91,3%). Alkohol memiliki efek mematikan hampir semua jenis kuman termasuk tuberkulosis, jamur, dan beberapa virus. Karena tidak membunuh spora, alkohol tidak dianjurkankan untuk mensterilisasi alat. Alkohol 100% malah kurang mempan untuk antiseptik karena tidak mengandung air.

Bentuk di pasaran saat ini yang dilengkapi pelembab bisa menambah aktivitas antimikrobanya. Efek samping biasanya iritasi dan kulit kering. Juga, bentuk isopropyl alkohol dikatakan lebih beracun namun untuk penggunaan di kulit cukup aman. Alkohol banyak dipakai sebelum melakukan tindakan medis karena bersifat cepat membunuh kuman meski cepat pula efeknya hilang. Selain itu, alkohol tidak bisa menggantikan “wastafel” karena bila kulit terkontaminasi darah atau cairan tubuh, tetap harus dicuci sabun dan air. Untungnya hingga saat ini, belum dilaporkan adanya kuman yang resisten terhadap sediaan ini.

Iodin
Bentuk yang dikenal ada dua yaitu iodium tincture dan iodofor di kenal sebagai povidon iodin. Warnanya kecoklatan dengan bau yang khas, bersifat iritatif, dan mewarnai kulit. Kalau kita melihat kemasan obat antiseptik, kadarnya berkisar 9-12%. Sediaan ini tak hanya membunuh kuman di kulit sehat, tetapi juga mampu diserap kulit yang mati, luka atau rusak. Povidon iodin cukup efektif membunuh berbagai kuman, protozoa, jamur, dan virus. Meskipun begitu, masih kalah dengan iodin tincture dalam hal membunuh spora ataupun beberapa jenis jamur. Selain itu, povidon iodin cepat dinetralkan oleh darah atau cairan tubuh sehingga efektivitasnya bisa menurun. Penggunaannya masih diwaspadai pada wanita hamil dan menyusui karena diserap tubuh dan kemungkinan mencetuskan gangguan tiroid sementara pada janin atau bayi.

Triclosan
Kandungan triclosan banyak dipakai dalam bentuk sabun, antiseptik, bedak, sikat gigi, deodoran, dan sebagainya. Kerjanya adalah merusak dinding sel kuman. Waktu membunuh kumannya lebih lama tetapi cukup bisa bertahan di kulit, jadi bersifat melindungi kulit. Bagus untuk melawan bakteri dan virus namun kurang untuk kuman tuberkulosis dan jamur. Efektivitasnya dipengaruhi pH dan kelembaban sehingga perlu pula memperhatikan bentuk formulanya.

Meskipun bisa diserap kulit, tetapi dilaporkan tidak ada efek samping pada penggunaan jangka pendek. Triclosan dilaporkan cukup aman tetapi belum ada bukti efektivitasnya terutama untuk penggunaan rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar